Senin, 16 Juni 2014

2. Investigasi Kecelakaan (metode SCAT)

Tujuan investigasi kecelakaan dari sudut pandang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah melakukan identifikasi dari gambaran kecelakaan sebenarnya, sehingga diperoleh gambaran penyebab langsung serta akar permasalahan dari kejadian yang diharapkan tidak terulang pada kejadian yang sama.
Investigasi dari kecelakaan besar pada umumnya disebabkan oleh banyak faktor (multiple causes), sehingga investigasi kecelakaan yang komprihensif harus menganalisa semua faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan tersebut.
Sesuai permenakertrans no. 03/Men/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, ruang lingkup kecelakaan adalah :
a. Kecelakaan kerja
b. Kebakaran / peledakan / pembuangan limbah
c. kejadian berbahaya lainnya / nearmiss
Sedangkan Kecelakaan didefinisikan sebagai kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula ysng dapat menimbulkan korban jiwa atau harta benda.
Beberapa Klasifikasi Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut :
a. Kecelakaan Fatal yang berakibat pada kematian
b. Kecelakaan berat yang berakibat pada PHK karena tidak mampu lagi bekerja atau kehilangan sebagian fungsi anggota tubuhnya / cacat.
c. Kecelakaan sedang yang berakibat pada kehilangan hari kerja atau sementara tidak ampu bekerja.
d. Kecelaakaan ringan, membutuhkan perawatan medis / P3K.
Suatu penyelidikan disebut efektif bila :
a. Dapat menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi
b. Dapat menentukan penyebab kecelakaan yang sebenarnya
c. Dapat menentukan resiko
d. Mengembangkan tindakan pengendalian
e. Dapat menentukan kecenderungan terhadap kelemahan sistem manajemen
f. Dapat mendemonstrasikan perhatian manajemen
Tahap menangani kecelakaan :
a. Mengamankan lokasi
b. Melaporkan Kecelakaan
c. Melakukan penyelidikan
d. Menganalisis penyebab kecelakaan
e. Membuat rekomendasi, laporan penyelidikan dan pengesahan oleh manajemen
f. Dokumentasi dan tindak lanjut.
Beberapa metode investigasi kecelakaan adalah :
a. Fault tree analysis
b. Event tree analysis
c. MORT
d. SCAT (Systematic Cause Analysis Technique)
e. STEP (sequential times event plotting)
f. dll.
Pada artikel ini yang kita bahas adalah sengan metode SCAT yang diperkenalkan pertama kali Internaltional Loss Control Institute (ILCI) yang mengambil model dari F.Bird & German (1982), seperti gambar dibawah ini

Dari meodel diatas, akibat dari kecelakaan adalah kerugian dari manusia, properti perusahaan, berkurangnya produktifitas dan kerugian lingkungan. Penyebab langsung terdiri dari  yaitu substandart condition dan substandart action yang bisanya pada teori safety yang lain disebut unsafe action and unsafe condition.
Dalam teori invstigasi yang dikemukakan oleh ILCI, setiap faktor penyebab kecelakaan dibuat ceklis sebagai panduan untuk memudahkan rootcause-nya, seperti dibawah ini :
Kondisi Berbahaya
- Pelindung/pembatas tidak layak
- APD kurang/tidak layak
- Peralatan rusak
- Ruang kerja sempit/terbatas
- Bahaya kebakaran / ledakan
- Kebersihan dan kerapihan kurang
- Paparan gas/cairan kimia berbahaya di lingkungan kerja
- Kebisingan
- Paparan radiasi
- Paparan suhu panas / dingin
- Kurang pencahayaan
- Kurang ventilasi
Perilaku berbahaya
- Operasi tanpa otorisasi
- Gagal memperingatkan
- Gagal mengamankan
- Mengoperasikan peralatan pada kecepatan yang tidak layak
- Membuat alat pengaman tidak berfungsi
- Menggunakan alat yang rusak
- Memakai APD yang tidak layak / tidak memakai APD
- Pemuatan yang tidak layak
- Penempatan yang tidak layak
- Pengangkatan yang tidak layak
- Posisi kerja tidak aman
- Memperbaiki peralatan ketika beroperasi
- Bercanda
- Mabuk
- Tidak mengikuti prosedur
Faktor Pribadi / personal
- Kemampuan fisik dan psikologis tidak alayak
- Kurang kemampuan
- Kurang keahlian
- Stress fisik dan spikologi
- Kurang motivasi
Faktor Pekerjaan :
- Kurang pengawasan / kepemimpinan
- Kurang rekayasa / engineering
- Kurang perencanaan pengadaan
- Kurang perawatan
- Kurang standar kerja
- Salah pakai / salah menggunakan
Faktor Manajemen / Lemahnya kontrol:
- Program tidak sesuai
- Standar tidak sesuai
- Kurang kepatuhan terhadap standar
Faktor lemahnya kontrol ini dari hasil penelitan serta pengalaman beberapa perusahaan menunjukkan kurangnya elemen program K3 seperti
- Kepemimpinan dan administrasi
- Rencana Pelatihan
- Rencana inspeksi
- Analisis pekerjaan dan prosedur
- Observasi pekerjaan
- Rencana Tanggap darurat
- Peraturan Perusahaan
- Analisis investigasi kecelakaan
- Kompetensi pekerja
- Alat Pelindung Diri
- Monitoring Kesehatan
- Program evaluasi
- Rekayasa kontrol
- dll
Beberapa hal penting yang harus dilakukan dalam melakukan investigasi kecelakaan:
a. Membentuk tim investigasi, yang terdiri dari ketua, sekretasi dan anggota. Agar investigasi berjalan dengan efektif usahakan ketua investigasi dari bagian yang mengalami kecelakaan, sekretaris bisa dari departemen HSE dan anggota dari tim ahli pada bidangnya.
b. Lakukan investigasi secara berurutan sesuai model dari ILCI dimulai dari Kerugiannya (manusia, kerusakan peralatan, dll), Tipe kecelkaannya (terbentur, tertabrak terjatuh, kontak bahan kimia, dll), Penyebab langsung, Penyebab dasar dan lemahnya kontrol.
c. Setelah ditemukan masing-masing faktor penyebab jadikan sebagai dasar tindak lanjut / countermeassure dengan tujuna kecelakaan yang serupa tidak terjadi lagi dikemudian hari. Hindari untuk menyalahkan korban karena pada dasarnya kecelakaan terjadi karena multiple cause, tidak hanya dari faktor perilaku orang tapi juga dipengaruhi kondisi berbahaya, faktor pekerjaan, faktor personal serta lemahnya kontrol.
d. Buat laporan yang terstruktur diawali dari tanggal, tempat, kejadian, data korban, keadaan korban, kronologi peristiwa, tindakan darurat, analisis kecelakaan serta tindak lanjut yang dilakukan.
e. Pastikan tindak lanjut yang dilakukan diimplementasikan. HSE departemen bertanggung jawab untuk memastikan follow up telah dilakukan oleh departemen terkait.
f. Dokumentasikan dengan baik dan lakukan analisis faktor penyebab celaka untuk mengukur performance dari K3 dalam perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar